
A) pembagian al qur'an.
sejak zaman sahabat telah ada pembagian al qur'an menjadi: 1/2,1/3,1/5,1/7,1/9 dan sebagainya.pembagian tersebut hanya sekedar untuk hafalan dan amalan dalam tiap-tiap sehari semalam atu di dalam sembahyang, dan tidak di tulis dalam al qur'an atu di pinggirnya. barulah pada masa al hajjaj bin jusuf ats tasaqafi diadakan penulisan di dalam atu di pinggir al qur'an dan di tambah dengan istilah-istilah baru.
salah satu cara pembagian al qur'an itu, iyalah di bagi menjadi 30 juz, 114 surat dan 60 hizb.
tiap-tiap surat di tulis namanya dan ayat-ayat ny. dan tiap-tiap hizb di tulis sebelah pinggirnya yang menerangkan: hizb pertama, kedua dan seterusnya. dan tiap-tiap satu hizb di bagi 4. tanda 1/4 hizb di tulis dengan......tanda 1/2 hizb ditulis dengan........dan tanda 3/4 di tulis dengan............
pembagian cara inilah yang di pakai oleh ahli-ahli kiraat mesir, dan atas dasar itu pulalah pencetakan amiriyah milik pemerintah mesir mencetak al qur'an semenjak tahun 1337 hijrah sampai sekarang. di bawa pengawasan para guru besar al azhar.
al qur'an terdiri atas 114 surat dan di bagi menjadi 30 juz terdiri atas 554 ruku, surat yang panjang berisi beberapa ruku, sedangkan surat yang pendek-pendek berisi satu ruku. tiap-tiap satu ruku di beri tanda di sebelah pinggirnya dengan huruf (ع) al qur'an yang beredar di indonesia di bagi menurut pembagian tersebut di atas, seperti cetakan cirebon, jepang dan lain-lain nya.
adapaun pertengahan al qur'an ( nihaful qur'an) terdapat pada surat (18) al kahf ayat 19 pada lafaz: (walyatalaththaf)
SEJARAH MEMELIHARA KEMURNIAN AL QUR'AN.
A) memelihara al qur'an di masa nabi SAW.
pada permulaan islam bangsa arab adalah satu bangsa yang buta huruf. amat sedikit di antara mereka yang pandai menulis dan membaca. mereka belum mengenal kertas. sebagai kertas yang di kenal sekarang perkataan 'al waraq' (daun) yang lazim pula di pakaikan dengan arti 'kertas' di masa itu hanya di pakaikan pada daun kayu saja. adapaun kata 'al qirthas' yang dari padanya terambil dengan kata-kata indonesia ' kertas' di pakaikan oleh mereka hanya kepada benda-benda bahan-bahan yang mereka pergunakan untuk di tulis. yaitu; kulit binatang, batu yang tipis dan licin, pelapah tamar (korma), tulang binatang dan lain-sebagainya. setelah merekah menaklukan negri persia, yaitu sesudah wafatnya nabi muhammad SAW, barulah mereka mengetahui kertas. orang persia menamai kertas itu 'kaqhid' maka di pakailah kata-kata kaqhid ini untuk kertas oleh bangsa arab semenjak itu. adapun sebelum masa nabi ataupun di masa nabi. kata-kata 'al kaqhid' itu tidak ada dalam pemakaian bahasa arab. maupun dalam hadist-hadist nabi. kemudian kata-kata al qirtas itupun di pakai pula oleh bangsa arab kepada apa yang di namakan kaqhid dalam bahasa persia itu. kitab atu buku tentang apapun juga belum ada pada mereka. kitab di masa itu hanyalah berarti sepotong kulit, batu, atu tulang dan sebagainya yang telah bertulis atu berarti surat. seperti kata kitab
dalam ayat 28 surat (27) an naml.
yang artinya: "pergilah dengan surat saya ini, maka jatuhkan lah dia kepada mereka..."
begitu juga kutub (jama kitab) yang di kirimkan oleh nabi kepada raja-raja di masanya untuk menyuru mereka kepada islam.
karena mereka belum mengenal kitab atau buku sebagai yang di kenal sekarang, sebab itu di waktu al qur'anul karim itu di bukukan di masa khalifa utsman bin affan sebagai akan di terangkan nanti mereka tidak tau dengan apa al qur'an yang telah di bukukan itu akan di namai. bermacam-macam lah pendapat sahabat tentang nama yang harus di berikan. ahkirnya mereka sepakat menamainya dengan 'al mushhaf' (ism ma'fuldan ashhafa dan ashhafa artinya mengumpulkan (shuhuf), jamak dari shahifa. lembaran-lembaran yang telah bertulis.
kendatipun bangsa arab pada waktu itu masih buta huruf, tetapi mereka mempunyai ingatan yang amat kuat. pegangan mereka dalam memelihara dan meriwayatkan syair-syair dari pujangga-pujangga dan penyair-penyair mereka. ansab (silsilah keturunan) mereka. peperangan-peperangan yang terjadi di anatara mereka. peristiwa-pweristiwa yang terjadi dalam masyarakat dan kehidupan mereka tiap hari dan lain-lain sebagainya. adalah kepada hafalan semata-mata.
demikianlah keadaan bangsa arab pada waktu kedatangan agama islam itu. maka di jalankanlah oleh nabi suatu cara yang amali (praktis) yang selaras dengan keadaan itu dalam menyiyarkan al qur'anul karim dan memeliharanya.
tiap-tiap di turunkan ayat-ayat nabi menyuruh menghafalnya. dan menuliskannya di batu, kulit binatang, pelapah tamar, dan apa saja yang bisa di susun dalam suatu surat. nabi menerangkan tertib urut ayat-ayat itu. nabi mengadakan pertaruan, yaitu al qur'an sajalah yang boleh di tuliskan, selain dari al qur'an, hadist atau pelajaran-pelajaran yang mereka dengar dari mulut nabi. dilarang menuliskannya larangan ini di maksud supaya al qur'anul karim itu terpelihara, jangan campur aduk dengan yang lain-lain yang juga di dengar dari nabi.
nabi menganjurkan supaya al qur'an itu di hafal, selalu di baca, dan di wajibkannya di baca dalam sembayang. dengan jalan demikian banyaklah orang yang hafal al qur'an, surat yang satu macam, di hafal oleh ribuan manusia dan banyak yang hafal seluruh al qur'an dalam pada itu tidak ada satu ayat pun yang tak di tuliskan. kepandaian menulis dan membaca itu amat di hargai dan di gembirakan oleh nabi beliau berkata: ''di ahkirat nanti tinta ulama-ulama itu akan di timbang dengan darah syuhada (orang-orang yang mati syahid)
pada peperangan badar, orang-orang musyrikin yang di tawan oleh nabi yang tidak mampu menebus dirinya dengan uang, tetapi pandai menulis baca. masing-masing nya di haruskan mengajar sepuluh orang muslim menulis dan membaca sebagai ganti tebusan. di dalam al qur'an pun banyak ayat-ayat yang mengutarakan penghargaan yang tinggi terhadap huruf, pena dan tulisan, firman allah: yang artinya: ''nun, demi pena dan apa yang mereka tuliskan''. surat (68) al qalam ayat 1. ''bacalah dan tuhan mu amat mulia, yang telah mengajar dengan pena. dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya'' surat (96) al'alaq ayat 3,4,5.
karena itu bertambalah keinginan untuk belajar menulis dan membaca, dan bertambah banyaklah mereka yang pandai menulis dan membaca itu. dan banyaklah orang yang menuliskan ayat-ayat yang telah di turunkan. nabi sendiri mempunayi beberapa orang penulis yang bertugas menuliskan al qur'an untuk beliau. penulis-penulis belau yang terkenal adalah: 'ali bin abi thalib, utsman bin affan, ubay bin ka'ab, zaid bin tasbit, dan muawiyah. yang terbanyak menuliskan iyalah zaid bin tasbit dan muawiyah.
dengan demikian terdapatlah di masa nabi tiga unsur yang tolong-menolong memelihara al qur'an yang telah di turunkan itu.
1. hafalan dari mereka yang hafal al qur'an.
2. naskah-naskah yang di tulis untuk nabi.
3. naskah-naskah yang di tulis oleh mereka yang pandai menulis dan membaca untuk mereka masing-masing.
dalam pada itu oleh jibril di adakan ulangan (repetisi) sekali setahun. di waktu ulangan itu nabi di suru mengulang memperdengarkan al qur'an yang telah di turunkan. di tahun beliau wafat, ulangan itu di adakan oleh jibril duwa kali.
nabi sendiri pun sering pula mengadakan ulangan itu terhadap sahabat-sahabtnya, maka sahabat-sahabat itu menyuru beliau membacakan al quran itu di mukanya. untuk menetapkan atau membetulkan hafalan atau bacaan mereka.
ketika nabi wafat al qur'an itu telah sempurna di turunkan dan di hafal oleh ribuan manusia. dan telah di tuliskan semua ayat-ayatnya.
ayat-ayatnya dalam sesuatu surat telah di susun menurut tertib urut yang di tunjukan sendiri oleh nabi.
mereka telah mendengar al qur'an itu dari mulut nabi berkali-kali dalam sembayang, dalam pidato-pidato beliau, dalam pelajaran-pelajaran dan lain-lain, sebagaimana nabi sendiri pun telah mendengar pula dari mereka, pendeknya al qur'anul karim adalah di jaga dan di pelihara baik-baik dan nabi telah menjalani suatu cara yang amat praktis untuk memelihara dan menyiarkan al qur'an itu, sesuwai dengan keadaan bangsa arab di waktu itu.
satu al yang menarik perhatian. iyalah nabi baru wafat sebagai di sebutkan di atas, iyalah di kala al qur'an itu telah cukup di turunkan, dan al qur'an itu sempurna di turunkan iyalah di waktu nabi telah mendekati masanya untuk kembali ke hadirat allah yang maha kuasa. hal ini bukanlah kebetulan saja tetapi sudah di atur oleh yang maha esa.
B) al qur'an di masa abu bakar RA. sesudah rasulallah wafat, para sahabat baik anshar maupun muhajirin, sepakat mengangkat abu bakar menjadi khalifah, pada awal masa pemerintahannya banyak di antara orang-orang islam yang belum kuat imannya. terutama di nejed dan yemen. banyak di antara mereka yang jadi murtad dari agamanya. dan banyak pula yang menolak membayar zakat. di samping itu ada pula orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi. hal ini di hadapi oleh abu bakar dengan tegas, sehingga ia berkata terhadap orang-orang yang menolak membayar jakat itu demi kian: " demi allah kalu mereka menolak untuk menyerahkan seekor anak kambing sebagi zakat (sepeti apa) yang pernah merekah serahkan ke pada rasulallah niscaya aku akn memerangi mereka"
maka terjadilah peperangan yang hebat untuk menumpas orang-orang murtad dan pengikut-pengikaut orang yang mengaku dirinya nabi itu. di antara peperangan-peperangan itu yang terkenal adalah peperangan yamamah, tentara islam yang ikut dalam peperangan ini , kebanyakan terdiri dari para sahabat dan para pengafal al qur'an. dalam peperangan ini telah gugur 70 orang penghafal al qur'an bahkan sebelum itu gugur pula hampir sebanyak itu dari penghafal al qur'an di masa nabi pada suatu pertempuran di sumur ma'unah dekat kota madinah.
oleh karena umar bin khaththab khawatir akan gugurnya para sahabat penghafal al qur'an yang masih hidup, maka lalu datng kepada abu bakar memusyawaratkan hal ini. dalam buku-buku tafsir dan hadist percakapan yang terjadi antara abu bakar, umar dan zaid bin tasbit mengenai pengumpulan al qur'an di terangkan sebagai berikut:
umar berkata kepada abu bakar: "dalam peperangan yamamah para sahabat yang hafal al qur'an telah banyak yang gugur , saya hawatir akan gugurnay para sahabat yang lain dalam peperangan selanjutnya, sehingga banyak ayat-ayat al qur'an itu perlu di kumpulkan".
abu bakar menjawab: " mengapa aku akan melakukan sesuatu yang tidak di lakukan oleh rasulallah ?"
umar menegaskan: " demi allah ini adalah perbuatan yang baik "
dan iya berulang kali memberikan alasan-alasan kebaikan mengumpulkan al qur'an ini sehingga allah membukakan hati abu bakar untuk menerima pendapat umar itu. kemudian abu bakar memanggil zaid bin tasbit dan berkata kepadanya: 'umar mengajak ku mengumpulkan al qur'an' lalu di ceritakannya segala pembicaraannya yang terjadi antara dia dengan umar. kemudian abu bakar berkata: 'engakau adalah seorang pemuda yang cerdas yang kupercayai sepenuhnya dan engkau adalah seorang penulis wahyu yang selalu di suru oleh rarulullah. oleh karena itu, maka kumpulkanlah ayat-ayat al qur'an itu ' jaid menjawab: 'demi allah. ini adalah kerjaan yang berat bagi ku, seandainya aku di perintahkan untuk memindahkan sebuah bukit. maka hal itu tidak lah lebih berat bagiku daripada mengumpulkan al qur'an yang engakau perintahkan itu' dan ia berkata selanjutnya kepada abu bakar dan umar ' mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak di perbuat oleh nabi?' abu bakar menjawab: 'demi allah, ini adalah perbuatan yang baik' ia lalu memberikan alasan-alasan kebaikan mengumpulkan ayat-ayat al qur'an itu, sehingga membukakan hati zaid kemudian ia mengumpulkan ayat-ayat al qur'an dari daun, pelapah kurma, batu, tanah keras, tulang unta atau kambing, dan dari sahbat-sahabat yang hafal al qur'an. dalam usaha mengumpulkan ayat-ayat al qur'an itu zaid bin tasbit bekerja amat teliti. sekalipun beliau hafal al qur'an seluruhnya, tetapi untuk kepentingan pengumpulan al qur'qn yang sangat penting bagi umat islam itu masih memandang perlu mencocokan hafalan atau catatan sahabat-sahabat yang lain dengan di saksikan oleh dua orang saksi.
|